Translate

Jumat, 03 Januari 2014

Posted by Unknown
No comments | 5:34:00 PM

PENYAKIT TUNGRO PADA TANAMAN PADI

 1.       Pengertian Penyakit Tungro
Penyakit tungro merupakan salah satu kendala produksi padi nasional karena kehilangan hasil yang diakibatkannya tinggi.Penyakit ini telah menyebar hampir keseluruh Indonesia, terutama di daerah sentra produksi beras nasional seperti di Pulau Jawa, Bali, Nusa Tenggara Barat, Sulawesi, dan Kalimantan Selatan. Menurut Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan, luas tanaman terinfeksi setiap tahunnya rata-rata mencapai 16.477 ha, dan yang rusak total (puso) mencapai 1.027 ha selama periode 1996-2002.Dengan perkiraan kehilangan hasil dari tanamanterinfeksi rata-rata 20%, tanaman puso 90%, hargagabah Rp 1200/kg,kerugian akibat penyakit tungromencapai Rp. 14,1 milyar.Pada saat terjadi ledakan serangan nilai kerugian bisa melebihi dari perhitungan tersebut diatas.Ledakan tungro sepuluh tahun terakhir ini terjadi di Kabupaten Klaten pada tahun 1995 dengan luas tanaman terserang 12.340 ha, di Nusa Tenggara Barat pada 1998 dengan luas serangan mencapai 15.000 ha.Disamping itu penyebaran tungro di Jawa Barat terutama di dataran rendah Kabupaten Subang di Jalur Pantai Utara (Jalur Pantura) semakin meluas.
Penyakit tungro disebabkan oleh dua jenis virus yang berbeda yaitu virus bentuk batang Rice Tungro Bacilliform Virus (RTBV) dan virus bentuk bulat Rice Tungro Spherical Virus (RTSV). Kedua jenis virus tersebut tidak memiliki kekerabatan serologi dan dapat menginfeksi tanaman secara bersama-sama. Virus tungro hanya ditularkan oleh wereng hijau (sebagai vektor) tidak terjadi multiplikasi dalam tubuh wereng dan tidak terbawa pada keturunananya. Sejumlah species wereng hijau dapat menularkan virus tungro, namun Nephotettix virescens merupakan wereng hijau yang paling efisien sehingga perlu diwaspadai keberadaannya. Penularan virus tungro dapat terjadi apabila vektor memperoleh virus setelah mengisap tanaman yang terinfeksi virus kemudian berpindah dan mengisap tanaman sehat tanpa melalui periode laten dalam tubuh vektor.
Klasifikasi biologi patogen  penyebab penyakit tungro adalah sebagai berikut :
Rice tungro bacilliform virus (RTBV)
·Group : Group VII (dsDNA-RT)
·Family: Caulimoviridae
·Genus : Tungrovirus
·Species: Rice tungro bacilliform virus
Rice tungro spherical virus (RTSV)
·Group  : Group IV ((+)ssRNA)
·Family : Sequiviridae
·Genus  : Waikavirus
·Species: Rice tungro spherical virus
2.        Gejala Serangan
Gejala penyakit tungro umumnya muncul kurang lebih seminggu setelah inokulasi, dimulai dari adanya diskolorasi kekuningan pada ujung daun muda, kemudian diikuti klorosis di antara vena daun. Tanarnan yang sakit parah mcmpunyai anakan sedikit, pertumbuhan akar terhambat, sangat kerdil, dan menghasilkan panikel yang kecil dengan bulir-bulir gabah kosong. Gejala penyakit akan persisten pada varietas yang rentan, sedangkan pada varietas yang agak tahan gejala tidak berkembang pada daun muda dan ada kecenderungan sehat kembali.
Serangan tungro di suatu hamparan sawah pada umumnya terlihat berkelompok, suatu indikasi bahwa waktu infcksi berbeda-beda. Sebaran tanaman sakit yang mengelompok dapat menyebabkan hamparan tanaman padi terlihat seperti bergelombang karena adanya perbedaan tinggi tanaman antara tanaman sehat dan sakit. Pada varietas yang agak tahan, setelah petani memberikan tambahan pupuk nitrogen, pertanaman padi yang semula sakit tampak seperti sembuh, menghijau kembali dan memberikan harapan untuk memperoleh hasil panen, walaupun sebenarnya virus-virus tungro masih tetap ada dan berkembang di dalamnya. Yang sering terjadi pada varietas yang rentan, pertanaman tampak merana sampai waktu panen atau sampai ada usaha sanitasi untuk menghilangkan sumber penyakit. Pada kasus yang lain apabila pertanaman padi terhindar dan infeksi sampai umur dua bulan, maka virus-virus rungro tidak akan mengakibatkan kerusakan tanaman dan kehilangan hasil panen

Gambar 2.1 Penyakit Tungro pada Padi
Gejala khas serangan Penyakit Tungro yaitu daun berwarna kuning oranye (berbintik-bintik karat berwarna hitam) yang dimulai dari ujung daun selanjutnya berkembang ke bagian bawah. Akibat serangan tungro, jumlah anakan berkurang, tanaman kerdil serta malai yang terbentuk lebih pendek dan banyak yang hampa,biasanya tinggi tanaman tidak merata. Tingkat berkurangnya jumlah anakan dan kekerdilan tergantung pada saat infeksi dan ketahanan varietas. Gejala lain yaitu terjadinya pemendekan jarak antara pangkal daun atau bahkan berhimpitan atau kadang-kadang satu bidang sehingga terlihat seperti kipas. Berikiut ini adalah gambar cirri khas penyakit tungro :

Gambar 2.2 Gejala Khas Penyakit Tungro
Gambar 2.3 Gejala Khas  dilapangan
3.        Siklus Penyakit Tungro
Sumber inokulum penyakit tungro terdapat pada tanaman padi, singgang serta rumput-inang yang sakit.  Serangga penular virus tungro menularkan virus secara non persisten. Serangga penular penyakit tungro terutama adalah wereng hijau dari spesies Nephotetix virescens dan N. nigropictus.
Gambar 3.1 Wereng Hijau

Serangga penular penyakit virus tungro menularkan penyakit tersebut secara non persisten. Masa inkubasi dalam tanaman adalah 6 – 9 hari.  Serangga dapat menularkan virus dengan segera dalam waktu 2 jam setelah memperoleh virus dan mempertahankan dalam tubuhnya selama tidak lebih dari 5 hari.  Setelah masa itu, serangga menjadi tidak infektif lagi.  Kembali menjadi infektif setelah menghisap tanaman sakit. Nimfa wereng hijau dapat menularkan virus, tetapi  infektif setelah ganti kulit.  Virus tidak dapat ditularkan melalui telur serangga maupun melalui biji, tanah, air dan secara mekanis (pergesekan antara bagian tanaman sakit dengan yang sehat).
Gambar 3.2  Siklus Penularan Penyakit Tungro
Infeksi tungro dapat terjadi mulai persemaian.  Pada stadium ini tanaman sangat rentan terhadap infeksi virus.  Apabila infeksi terjadi pada stadium persemaian maka gejala tungro akan terlihat pada tanaman umur 2-3 minggu setelah tanam (mst).  Tanaman muda yang terinfeksi akan merupakan sumber infeksi di lapangan.
4.        Perkembangn Tungro
Populasi awal imago wereng hijau (migran) mulai menginfestasi tanaman berumur ± 2 mst.  Selanjutnya generasi yang menginfestasi tanaman muda disebut G0, generasi berikutnya generasi G1 dan seterusnya.  Puncak kepadatan populasi tertinggi lebih sering terjadi pada pertengahan fase pertumbuhan tanaman.
Gambar 4.1 Skema Dinamika Populasi N.virescens dan  Perkembangan Penyakit Tungro
Meskipun kepadatan populasi vektor di lapangan umumnya rendah, tetapi karena kemampuan vektor untuk menyebar relatif tinggi, maka apabila terdapat sumber infeksi, penyakit tungro dapat cepat meluas terutama pada  pola tanam padi yang tidak serempak.
5.        Pengendalian penyakit
Pada prinsipnya penyakit tungro tidak dapat dikendalikan secara langsung artinya, tanaman yang telah terserang tidak dapat disembuhkan.Pengendalian bertujuan untuk mencegah dan meluasnya serangan serta menekan populasi wereng hijau yang menularkan penyakit. Mengingat banyaknya faktor yang berpengaruh pada terjadinya serangan dan intensitas serangan, serta untuk mencapai efektivitas dan efisiensi, upaya pengedalian harus dilakukan secara terpadu yang meliputi :
1.    Waktu tanam tepat
Waktu tanam harus disesuaikan dengan pola fluktuasi populasi wereng hijau yang sering terjadi pada bulan-bulan tertentu.Waktu tanam diupayakan agar pada saat terjadinya puncak populasi, tanaman sudah memasuki fase generatif (berumur 55 hari atau lebih).Karena serangan yang terjadi setelah masuk fase tersebut tidak menimbulkan kerusakan yang berarti.
2.    Tanam serempak
Upaya menanam tepat waktu tidak efektif apabila tidak dilakukan secara serempak. Penanaman tidak serempak menjamin ketersediaan inang dalam rentang waktu yang panjang bagi perkembangan virus tungro, sedangkan bertanam serempak akan memutus siklus hidup wereng hijau dan keberadaan sumber inokulum. Penularan tungro tidak akan terjadi apabila tidak tersedia sumber inokulum walaupun ditemukan wereng hijau, sebaliknya walaupun populasi wereng hijau rendah akan terjadi penularan apabila tersedia sumber inokulum.
3.    Menanam varietas tahan
Menanam varietas tahan merupakan komponen penting dalam pengendalian penyakit tungro.Varietas tahan artinya mampu mempertahankan diri dari infeksi virus dan atau penularan virus oleh wereng hijau.Walaupun terserang, varietas tahan tidak menunjukkan kerusakan fatal, sehingga dapat menghasilkan secara normal. Sejumlah varietas tahan yang dianjurkan untuk daerah NTB antara lain: Tukad Patanu, Tukad Unda, Bondoyudo dan Kalimas. IR-66, IR-72 dan IR-74.Sejumlah varietas Inpari yang baru dilepas juga dinyatakan tahan tungro. Hasil penelitian di daerah endemis membuktikan Tukad Unda cukup tahan dengan intensitas serangan 0,0%-9,14% sedangkan varietas peka IR-64 berkisar 16,0%-79,1%. Penelitian di Lanrang Sulawesi Selatan juga menunjukkan daya tahan Tukad Patanu terhadap tungro dengan intensitas serangan 18,20% sedangkan varietas peka Ciliwung mencapai 75,7%.
4.    Memusnahkan (eradikasi) tanaman terserang
Memusnahkan tanaman terserang merupakan tindakan yang harus dilakukan untuk menghilangkan sumber inokulum sehingga tidak tersedia sumber penularan. Eradikasi harus dilakukan sesegera mungkin setelah ada gejala serangan dengan cara mencabut seluruh tanaman sakit kemudian dibenamkan dalam tanah atau dibakar. Pada umumnya petani tidak bersedia melakukan eradikasi karena mengira penyakit bisa disembuhkan dan kurang memahami proses penularan penyakit. Untuk efektifitas upaya pengendlian, eradikasi mesti dilakukan diseluruh areal dengan tanaman terinfeksi, eradikasi yang tidak menyeluruh berarti menyisakan sumber inokulum.
5.    Pemupukan N yang tepat
Pemupukan N berlebihan menyebab-kan tanaman menjadi lemah, mudah terserang wereng hijau sehingga memudahkan terjadi inveksi tungro, karena itu penggunaan pupuk N harus berdasarkan pengamatan dengan Bagan Warna Daun (BWD) untuk mengetahui waktu pemupukan yang paling tepat. Dengan BWD, pemberian pupuk N secara berangsur-angsur sesuai kebutuhan tanaman sehingga tanaman tidak akan menyerap N secara berlebihan.
6.    Penggunaan pestisida
Penggunaan pestisida dalam mengendalikan tungro bertujuan untuk eradikasi wereng hijau pada pertanaman yang telah tertular tungro agar tidak menyebar ke pertanaman lain dan mencegah terjadinya infeksi virus pada tanaman sehat. Penggunaan insektisida sistemik butiran (carbofuran) lebih efektif mencegah penularan tungro. Mengingat infeksi virus dapat terjadi sejak di pesemaian, sebaiknya pencegahan dilakukan dengan antara lain tidak membuat pesemaian di sekitar lampu untuk menghindari berkumpulnya wereng hijau di pesemaian dan menggunakan insektisida confidor ternyata cukup efektif. Insesektisida hanya efektif menekan populasi wereng hijau pada pertanaman padi yang menerapkan pola tanam serempak. Karena itu pengendalian penyakit tungro yang sangat berbahaya akan berhasil apabila dilakukan secara bersama-sama dalam hamparan relatif luas, utamakan pencegahan melalui pengelolaan tanaman yang tepat (PTT) untuk memperoleh tanaman yang sehat sehinga mampu bertahan dari ancaman hama dan penyakit. 
Permasalahan mengenai penyakit tungro harus lebih diperhatikan oleh peneliti bidang pertanian, juga oleh petani.Karena apabila penyakit ini diabaikan maka panen padi yang diharapkan dapat hilang karena padi terserang penyakit tungro.Menurut saya harus ada Varietas baru yang tahan dengan serangan wereng hijau maupun serangan penyakit tungro. Selain itu petani harus pintar dalam mengendalikan penyakit tungro sedini mungkin, ketika timbul gejala serangan, petani langsung tanggap dan langsung mengatasi masalah/serangan OPT tersebut.


Mohon maaf sumbernya darimana saja saya lupa :D

0 komentar:

Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.