Postingan pada kali ini saya menceritakan cerita pengalaman pribadi nih. . . meski kurang menarik bahasanya tapi semoga dapat bermanfaat. :)
Tasku Dicuri, Netbookku Lenyap
Hari telah siang namun tertutupi awan, hari yang kucah cerah. Hampir sesuai dengan perasaaan saya saat ini, sungguh sepi. Teman-teman pergi berlibur, Ibu dan Bapak saya bekerja, adik saya sekolah dan saya sendirian di rumah. Namun Alhamdulillah saya di temani laptop saya ini, dan akhirnya tubuh ini bergerak untuk merangkai untaian kata dengan jemari-jemari diatas keyboard.
Otak saya membuka setiap arsip memori, memilih kisah manakah yang akan diapresiasikan dalam tulisan ini. Terpilihlah sebuah pengalaman yang sungguh berharga dan patut untuk dijadikan setiap orang yang membacanya.
Peristiwa itu terjadi sekitar enam bulan lalu tepat satu hari sebelum Bulan Romadhon, bulan yang selalu dinantikan oleh umat Islam. Sungguh bulan yang membahagiakan setiap jiwa yang hendak menjumpainya. Hari itu pun hati saya juga merasa riang, diawali pagi yang cerah saya memulai bersih-bersih. Selanjutnya persiapan untuk pergi ke kampus, bukan untuk kuliah tapi karena ada rapat atau biasa disebut syuro’ atau musyawarah. Hati saya yang gembira juga terlihat jelas di syuro’ itu, bahkan seorang kakak tingkat atau kepala divisi dimana saya sebagai staffnya beliau bertanya, “kenapa, Dek? Kelihatannya hari ini lagi seneng banget? Dari tadi banyak senyum.”
Syuro’ hari itu memang cukup lama, namun saya tidak sempat mengikutinya hingga selesai karena saya ada syuro’ di kepanitiaan lain. Ba’da dhuhurpun saya berangkat, syuro’ bertempat di salah satu mushola kampus. Dan setibanya di mushola hujanpun turun dengan lebat, karena sewaktu berangkat tadi memang sudah mulai gerimis. Karena terhalang hujan kepala bidang yang harusnya meimpin syuro’ pun datang terlambat, maka sayapun menggantikan beliau. Saya memimpin syuro’ ini pun dengan kegembiraan dalam hati saya. Syuro’ dimulai sekitar pukul 13.00 WIB atau jam satu siang dan kami sudahi ketika mendengar adzan sholat ashar.
Karena sudah masuk sholat ashar, salah satu laki-laki yang ada dalam mushola itupun adzan. “Allohuakbar allohuakbar. . . allohuakbar allohukabar. . .” dan seterusnya lafadz adzan dikumandnagkan.
Ketika itu ada lima orang laki-laki saya, kepala bidang atau teman saya, dan ketiga mahasiswa di fakultas tempat kami syuro’. Dan kalau tidak salah ada empat wanita atau mungkin lebih. Setelah itu menyusullah salah satu karyawan dari fakultas tersebut, tapi karena beliau kira tidak ada air untuk berwudhu beliaupun kembali tidak jadi sholat berjam’ah. Sementara kami mencari air dan ternyata air masih menyala meski mati lampu ketika itu.
Setelah berwudhu kamipun mulai persiapan sholat berjama’ah. Untuk keamanan tas saya yang berisi net book pun saya letakkan di depan dan saya tutup dengan jaket saya. Namun saya diminta untuk jadi imam, dan saya lupa untuk membawa tas saya. Tas saya berada di shof terdepan namun tidak dalam awasan saya, semntara rata-rata jamaah adalah orang yang tidak begitu saya kenal.
Sebelum memulai sholat berjama’ah shof pun saya tata, saya mengingatkan untuk merapatkan dan meluruskan shof. Ketika hendak dimulai menyusul seorang karyawan terlihat dari seragamnya yang ada di fakultas tersebut yang juga hendak sholat berjam’ah juga dan sholatpun dimulai.
Seusai sholat saya berbalik badan dan teman saya pun berpamitan karena beliau hendak ada acara lain. “ afwan ana duluan ya, assalamu’alaikum!” beliau berpamitan. “wa’alaikumsalam!” sayapun menjawab salam beliau. Seusai berdo’a saya pun hendak pulang. Ketika mengambil tas alangkah terkejutnya saya tas yang tertutupi jaket saya ternyata berubah entah itu tas siapa. Saya mengira tas teman saya tertukar dengan tas saya, sayapun lekas lari keluar tapi tas teman saya tidak tertukar saya pun panik. Kemudian saya mencari di sekitar mushola, saya bertanya ke bagian area akhwat (wanita), tapi juga tidak ada.
Saya bingung harus berbuat apa, Alhamdulillah saya masih ditemani oleh tiga mahasiswa fakultas tadi. Kami membuka tas yang ditukar dengan tas saya, ternyata memang tas saya ditukar dengan tas kosong. Saya pun memulai menyimpulkan, “ternyata memang tas saya dicuri ini.” Kemuadian karyawan yang tadi berjam’ah dengan kami pun menumbangkan suaranya, “memang di sini itu sering ada pencurian Dek, makanya hati-hati. itu buktinya ada peringatan di depan pintu.” Kalimat itu meungkin menurut beliau menenagkan, tadi jujur kalimat itu membuat hati ini semakin sakit dan sedih. Kemudian salah satu diantar ketiga mahasiswa tadipun meminjami saya handphone, karena kebetulan pulsa saya habis. Dia memintan saya untuk mencoba menghubungi teman saya yang sudah pulang lebih dulu tadi untuk memastikan apakah tasnya tertukar atau tidak. Ternyata memang tidak tertukar.
Saya mencoba menenangkan diri saya sejenak, kemudian saya kembali meminjam handphone untuk menelfon teman saya. Kali ini saya bertanya tetang kedaan tas saya ketika sholat, karena yang paling dekat jaraknya dengan tas saya adalah teman saya tersebut. Beliau menjelaskan,”tadi pas sholat sih memang ada orang yang mau mengaji pakaiannya putih dan masih muda, tapi tidak jadi dan kemudian dia langsung pergi.”
Setelah itu sayapun sudah yakin kalau memang saya telah menjadi korban pencurian. Tas saya yang berisi netbook lengkap dengan charger, modem, flashdisk, buku kuliah, serta barang-barang lainnya, kitab siroh nabawiyah yang saya pinjam dari teman saya pun ikut digondol maling itu. Sayapun pulang dengan tas kosong dengan perasaan sedih, panik, takut dan bingung menyelimuti setiap sel dalam tubuh saya. Entah bagaimana harus menjelaskan ke orang tua.
Setelah pertistiwa itu tentu saja ada banyak hal yang tidak menyenangkan terjadi pada diri saya. Dimarahi orang tua, sholat tarawih pertama tapi tak senyaman bila tak taerjadi peristiwa itu, dan lain-lain pastinya. Sayapun juga menanyakan pendapat ke beberapa orang tentang musibah saya saya alami. Dan merekapun berbeda-beda nasehatnya tentunya, ada banyak motivasi, nasehat, dan berbagai ceritapun saya dapat. Intinya mereka mengingatkan saya agar bersabar dan bermuhasabah, instropeksi diri, memohon ampun mungkin telah berbuat dosa, dan mendo’akan saya agar mendapat ganti yag lebih baik serta diberi kesabaran.
Sungguh ketika itu saya merasakan betapa baiknya saudara-saudara muslim yang mengelilingi saya. Tapi ada satu teman saya yang member masukan agar saya mengadukan itu ke pihak kampus, meski kemungkinan ditangani sedikit setidaknya saya bias tahu sejauhmana kepedulian pihak kampus akan peristiwa semacam ini yang menimpa mahasiswanya. Selain itu orang tua saya meminta agar saya lapor polisi untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan.
Keesokan harinya saya lapor ke kampus tepatnya di sakultas tempat saya kehilangan dan di kantor polisi solo. Pertama saya lapor ke kampus, dan jawaban beberapa karyawan yang saya temui adalah,
“wah di sini memag sering, Anda bukan korban pertama,” kata salah seorang karyawan.
“memangnya yang hilang apa saja,” sahut karyawan lainnya.
“banyak Pak, tas dan seisinya. Isinya itu ada netbook, buku, modem, flash disk, map yang berisi berkas-berkas saya, Al Qur’an. . .” jawab saya.
“ada Al Qur’annya juga? Yah semoga malingnya dapat hidayah dan taubat, soalnya ada Al Qur’annya juga e.” jawab karyawan tadi.
“aamiin. . . tapi selanjutnya klau saya mau lapor polisi bagaimana ya Pak? Apa ada surat pengantar dari kampus mungkin?” sayapun mengamini do’anya dan lanjut bertanya.
“gak usah langsung aja ke kantor polisi Mas.”
“iya Pak terimakasih.” Saya menghiyakan anjuran karyawan tadi.
“memang di sini itu sering terjadi kemalingan og.” Celoteh salah satu karyawan dintara mereka.
“tapi kok gak dipasangi kamera CCTV po piye ngono ya?” sahut karyawan lain.
Merekapun malah sibuk ngobrol dan saya langsung pergi ke kantor polisi, namun karena sudah masuk waktu sholat dhuhur saya pun sholat dhuhur terlebih dahulu. Selesai sholat saya menuju kantor polisi, namun tidak sendiri kali ini saya diteman oleh kepala divisi yang menemani saya syuro’ kemarin pagi.
Dari cerita itu memang saya lah yang salah, karena saya lah yang ceroboh. Namun tentu saja saya ada beberapa harapan.
“ Untuk kampus saya tercinta semoga kedepan dapat member fasilitas dan kepedulian yang lebih baik tentunya terhadap mahasiswanya. “
“Untuk pembaca semoga lebih dapat berhati-hati.”
"untuk sesama korban pencurian nih, yang sabar dan semoga Alloh memberi ganti yang lebih baik.”
“Dan terakhir buat si maling semoga mendapatkan hidayah dan bertaubat, apapun alasannya tetap saja perbuatan mencuri adalah dosa. Entah berapa banyak orang yang terdzolimi karena perbuatan semacam ini. Belum lagi pencuri kelas kakap macam koruptor, entah berapa banyak, puluhan, ratusan, ribuan, jutaan atau bahkan lebih dari itu orang-orang yang sengsara karena perbuatan kalian. Selagi ada umur untuk bertabat segeralah bertaubat, karena setiap perbuatan kelak akan dimintai pertanggung jawabannya.”
“Oya terakhir untuk seluruh penerus generasi bangsa, jangan pernah jadi koruptor ya. . . makanya harus belajar jujur dari sekarang, jangan sampai mengecambahkan benih-benih korup, karena bila itu terpelihara kelak bias saja menjadi karakter korup juga.
0 komentar:
Posting Komentar